Meja makan di ruang makan rumah kita ternyata merupakan tempat yang memiliki daya tarik tersendiri. Apalagi bila telah terhidang beraneka ragam makanan, minuman serta buah-buahan di atasnya. Siapa pun di antara anggota keluarga kita tentu akan selalu berhasrat untuk segera menyantapnya.
Ada hal yang penting dalam masalah santap-menyantap makanan dan mereguk minuman. Yaitu, apapun yang kita santap memiliki peranan yang sangat besar terhadap perkembangan fisik maupun kejiwaan. Ia juga sangat berpengaruh terhadap baik dan tidaknya hati seseorang yang otomatis akan berpengaruh terhadap seluruh jasadnya. Santapan yang halalan thayyiban, halal dan baik, akan membentuk jiwa yang suci dan jasmani yang sehat. Sebaliknya santapan yang haram tentu hanya akan membentuk jiwa yang keji yang bersifat hewani.
Sebagian Pengaruh Buruk Santapan Haram
Tidak dipungkiri bahwa sebagian tabiat dan watak manusia dibentuk dari makanan yang ia konsumsi. Makanan akan diolah menjadi darah, dan darah akan membentuk daging, sedangkan daging yang tumbuh dari sesuatu yang haram akan berbuah adzab. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لاَ يَدْخُلُ اْلجَنَّةَ جَسَدٌ غُذِيَ بِالْحَرَامِ
“Tidak akan masuk surga (yaitu) tubuh yang diberikan makan dari sesuatu yang haram.” (HR. Abu Ya’la 1/29, Silsilah ash-Shahihah, no. 2609)
Makanan yang haram menjadi sebab berpalingnya seseorang dari ketaatan menjalankan kewajiban agamanya. Makanan yang haram lagi jelek akan menghalangi terkabulnya doa, sebagaimana dikisahkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang seorang laki-laki yang sedang safar lalu mengangkat kedua tangannya seraya berdoa,
يا رَبِّ يا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ
“Ya Rabb, Ya Rabb (Ya Allah, Ya Allah). Sementara yang ia makan, yang ia minum, yang ia kenakan berupa pakaian seluruhnya dari sesuatu yang haram. Bahkan ia dikenyangkan oleh sesuatu yang haram. Bagaimana kiranya doanya akan dikabulkan?” (HR. Muslim, 1015).
Dan telah dimaklumi bahwa kondisi safar termasuk salah satu sebab terkabulnya doa, begitu juga mengangkat tangan. Namun karena makanannya dari yang haram, maka doanya tidak dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala.
Peranan Penting Suami
Oleh karena itu, agar apa yang terhidang di atas meja makan rumah kita terpelihara dari yang haram lagi jelek, maka seorang suami harus perhatian dan selektif dalam mencari nafkah.
Dalam mencari nafkah hendaknya didasari dengan kaidah yang benar. Kaidah-kaidah tersebut antara lain:
1. Yakinlah bahwa rezeki itu di tangan Allah subhanahu wa ta'ala.
2. Kemudian raihlah rezeki dengan beribadah, bertakwa, berdoa dan tawakkal serta berbaik sangka kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Caranya, hendaknya rezeki itu diperoleh dengan cara yang Dia ridhai.
3. Ingatlah bahwa tujuan kita mencari rezeki adalah untuk beribadah kepada-Nya, sehingga jangan sampai saat menuntut rezeki justru lalai dari ibadah.
4. Jangan tertipu oleh sistem kafir yang menghalalkan segala cara asalkan hasilnya banyak. Sistem ini hanyalah sistem hewani (Al-Quran surat Muhammad ayat 12).
5. Bila mendapatkan rezeki, ridhalah dan qana’ah-lah atas pemberian Allah subhanahu wa ta'ala.
Apabila seorang suami memperhatikan kaidah-kaidah tersebut, insya Allah ia akan bisa menghindari harta yang haram dan hanya mengambil yang halal dengan cara yang baik lagi halal. Dengan begitu ia hanya akan membawa ke rumah nafkah yang baik lagi halal semata. Namun apabila seorang suami tidak berpegang pada kaidah yang baik dalam mencari nafkah, maka ia akan terjatuh dan tertipu oleh harta haram dan akan mengenyangkan keluarganya dengan nafkah yang haram pula. Sehingga nafkah yang ia berikan hakikatnya hanya berbuah malapetaka semata. Na'udzu billahi min dzalik.
Ada hal yang penting dalam masalah santap-menyantap makanan dan mereguk minuman. Yaitu, apapun yang kita santap memiliki peranan yang sangat besar terhadap perkembangan fisik maupun kejiwaan. Ia juga sangat berpengaruh terhadap baik dan tidaknya hati seseorang yang otomatis akan berpengaruh terhadap seluruh jasadnya. Santapan yang halalan thayyiban, halal dan baik, akan membentuk jiwa yang suci dan jasmani yang sehat. Sebaliknya santapan yang haram tentu hanya akan membentuk jiwa yang keji yang bersifat hewani.
Sebagian Pengaruh Buruk Santapan Haram
Tidak dipungkiri bahwa sebagian tabiat dan watak manusia dibentuk dari makanan yang ia konsumsi. Makanan akan diolah menjadi darah, dan darah akan membentuk daging, sedangkan daging yang tumbuh dari sesuatu yang haram akan berbuah adzab. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لاَ يَدْخُلُ اْلجَنَّةَ جَسَدٌ غُذِيَ بِالْحَرَامِ
“Tidak akan masuk surga (yaitu) tubuh yang diberikan makan dari sesuatu yang haram.” (HR. Abu Ya’la 1/29, Silsilah ash-Shahihah, no. 2609)
Makanan yang haram menjadi sebab berpalingnya seseorang dari ketaatan menjalankan kewajiban agamanya. Makanan yang haram lagi jelek akan menghalangi terkabulnya doa, sebagaimana dikisahkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang seorang laki-laki yang sedang safar lalu mengangkat kedua tangannya seraya berdoa,
يا رَبِّ يا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ
“Ya Rabb, Ya Rabb (Ya Allah, Ya Allah). Sementara yang ia makan, yang ia minum, yang ia kenakan berupa pakaian seluruhnya dari sesuatu yang haram. Bahkan ia dikenyangkan oleh sesuatu yang haram. Bagaimana kiranya doanya akan dikabulkan?” (HR. Muslim, 1015).
Dan telah dimaklumi bahwa kondisi safar termasuk salah satu sebab terkabulnya doa, begitu juga mengangkat tangan. Namun karena makanannya dari yang haram, maka doanya tidak dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala.
Peranan Penting Suami
Oleh karena itu, agar apa yang terhidang di atas meja makan rumah kita terpelihara dari yang haram lagi jelek, maka seorang suami harus perhatian dan selektif dalam mencari nafkah.
Dalam mencari nafkah hendaknya didasari dengan kaidah yang benar. Kaidah-kaidah tersebut antara lain:
1. Yakinlah bahwa rezeki itu di tangan Allah subhanahu wa ta'ala.
2. Kemudian raihlah rezeki dengan beribadah, bertakwa, berdoa dan tawakkal serta berbaik sangka kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Caranya, hendaknya rezeki itu diperoleh dengan cara yang Dia ridhai.
3. Ingatlah bahwa tujuan kita mencari rezeki adalah untuk beribadah kepada-Nya, sehingga jangan sampai saat menuntut rezeki justru lalai dari ibadah.
4. Jangan tertipu oleh sistem kafir yang menghalalkan segala cara asalkan hasilnya banyak. Sistem ini hanyalah sistem hewani (Al-Quran surat Muhammad ayat 12).
5. Bila mendapatkan rezeki, ridhalah dan qana’ah-lah atas pemberian Allah subhanahu wa ta'ala.
Apabila seorang suami memperhatikan kaidah-kaidah tersebut, insya Allah ia akan bisa menghindari harta yang haram dan hanya mengambil yang halal dengan cara yang baik lagi halal. Dengan begitu ia hanya akan membawa ke rumah nafkah yang baik lagi halal semata. Namun apabila seorang suami tidak berpegang pada kaidah yang baik dalam mencari nafkah, maka ia akan terjatuh dan tertipu oleh harta haram dan akan mengenyangkan keluarganya dengan nafkah yang haram pula. Sehingga nafkah yang ia berikan hakikatnya hanya berbuah malapetaka semata. Na'udzu billahi min dzalik.
Artikel Terkait